Hari Perempuan   Women Day

blogger counters


Pelantikan Presiden Korea Selatan

Pelantikan Presiden Korea Selatan
Korea Selatan - Republik Korea (bahasa Korea: Daehan Minguk; bahasa Inggris: Republic of Korea) biasanya dikenal sebagai Korea Selatan, adalah sebuah negara di Asia Timur beribu kota Seoul yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Setelah liberalisasi dan pendudukan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia II, Wilayah Korea akhirnya dibagi menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.

Korea Selatan adalah negara republik. Seperti pada negara-negara demokrasi lainnya, Korea Selatan membagi pemerintahannya dalam tiga bagian: eksekutif, yudikatif dan legislatif. Lembaga eksekutif dipegang oleh presiden yang dipilih berdasarkan hasil pemilu untuk masa jabatan 5 tahun dan dibantu oleh Perdana Menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dewan perwakilan. Presiden bertindak sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan.

Pada tanggal 25 Februari beberapa tahun terakhir merupakan tanggal yang biasa dijadikan Hari Pelantikan Presiden Korea Selatan.

1988 - Roh Tae-woo dilantik menjadi Presiden Korea Selatan ke-13.
Roh Tae-woo (Korea: 노태우, lahir di Daegu, 4 Desember 1932; umur 80 tahun) adalah politisi, jenderal dan Presiden Korea Selatan yang ke-13.

1993 - Kim Young-sam dilantik menjadi Presiden Korea Selatan ke-14.
Kim Young-sam (Korea: 김영삼, lahir di Geoje, Gyeongsang Selatan, 20 Desember 1927; umur 85 tahun) adalah Presiden Korea Selatan pada periode 25 Februari 1993-25 Februari 1998.

Kim menempuh pendidikan di Universitas Nasional Seoul pada 1952 dengan menyandang gelar B.A. untuk bidang filsafat. Ia menjabat di angkatan bersenjata Republik Korea Selatan selama terjadi Perang Korea. Pada 1954, ia terpilih di Parlemen Nasional Korea Selatan. Ia tampil kesembilan utusan distrik Geoje dan Busan.

Kim adalah anggota Gereja Presbiterian Chunghyun. Di saat Beliau masih duduk di bangku SD, Kim Young Sam sudah bermimpi menjadi Presiden. Sewaktu bel pulang sekolah, Kim Young Sam pulang paling akhir dan menunggu di dalam kelasnya sampai kelasnya kosong. Beliau berdiri di depan kelas dan berpidato seolah-olah Beliau adalah presidennya dan meja kursi adalah rakyatnya.

1998 - Kim Dae-Jung dilantik menjadi Presiden Korea Selatan ke-15.
Kim Dae-jung (Korea: 김대중, lahir di Haui-do,(kini Jeolla Selatan), Korea Selatan, 3 Desember 1925 – meninggal di Seoul,Korea Selatan, 18 Agustus 2009 pada umur 83 tahun) Templat:Pelafalan adalah mantan presiden Korea Selatan dan peraih Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2000. Ia menjadi orang pertama Korea yang menerima penghargaan itu. Penganut Katolik Roma sejak 1957 ini dijuluki sebagai "Nelson Mandela"-nya Asia dan seorang tokoh oposisi demokrasi saat pemerintahan diktatur militer. Kim Dae Jung menjabat sebagai Presiden (menggantikan Kim Young-sam) pada periode 1998-2003.

Ia lahir di Haui-do, Jeollanam-do, sebuah kepulauan di wilayah Korea Selatan. Ia lahir dari pasangan petani kaya dari pulau Haui-do (baratdaya lepas pantai Semenanjung Korea) dan pedagang. Ia sempat menggeluti bisnis perkapalan sebagai Presiden Direktur Dae Yang Shipbuilding.

Kim meninggal pada 18 Agustus 2009 di KST 13:43, pada Rumah Sakit Severance dari Universitas Yonsei di Seoul. Penyebab kematian diberikan sebagai [sindrom organ multiple [disfungsi]]. Sebuah pemakaman kenegaraan antaragama diadakan baginya pada tanggal 23 Agustus 2009 di depan Gedung Majelis Nasional, dengan prosesi yang mengarah ke Seoul National Cemetery di mana ia dimakamkan sesuai dengan tradisi Katolik. Dia adalah orang ketiga dalam sejarah Korea Selatan diberi Negara Pemakaman setelah Park Chung-hee. Dia meninggal sekitar 3 bulan setelah 9th Presiden Roh Moo-hyun bunuh diri pada 23 Mei 2009.

2003 - Roh Moo-hyun dilantik menjadi Presiden Korea Selatan ke-16.
Roh Moo-hyun (Korea: 노무현, API: [no.mu.hjʌn]) (lahir di Gimhae, Gyeongsang Selatan, Korea Selatan, 1 September 1946 – meninggal di Yangsan, Gyeongsang Selatan, Korea Selatan, 23 Mei 2009 pada umur 62 tahun) adalah Presiden Korea Selatan ke-16. Ia menjabat sejak 25 Februari 2003 sampai 24 Februari 2008. Sebelum terjun di dunia politik, Roh adalah seorang pengacara HAM.

Karier politiknya diwarnai upaya-upaya untuk mengatasi regionalisme dalam dunia politik Korea Selatan, sebelum kemudian akhirnya ia dilantik menjadi presiden. Lawan-lawan politiknya mencoba untuk memecatnya melalui pemakzulan pada tahun 2004, namun gagal. Setelah peristiwa tersebut ia kembali menjabat dengan mandat yang lebih kuat dibandingkan dengan saat ia baru menjadi presiden, namun sejak saat itu popularitasnya telah menunjukkan penurunan.

Antara kebijakan yang diambilnya sebagai presiden adalah pengiriman tentara Korea ke Irak, upayanya yang gagal untuk memindahkan ibu kota korea Selatan dari Seoul ke Chungcheong, dan keinginannya untuk membentuk sebuah koalisi besar dengan Partai Nasional Utama yang dikritik dengan luas. Ketidakpopuleran Roh diperparah dengan kebijakan perjanjian atas Korea Selatan, yang menarik kontroversi pada berbagai peristiwa seputar uji peluru dan nuklirnya.

Roh Moo-Hyun meninggal dalam usia 62 tahun setelah terjun bebas dari jurang pegunungan di belakang rumahnya di desa Bongha. Ia menderita cedera kepala berat dan dikirim ke rumah sakit di Busan sekitar pukul 8:15 a.m. (23:15 GMT) dan dinyatakan meninggal sekitar pukul 9:30 a.m. (00:30 GMT). Menurut pengacaranya, Roh meninggalkan catatan yang mengatakan bahwa hidupnya "sulit" dan meminta maaf telah "membuat banyak orang menderita". Kepolisian KorSel kemudian menegaskan kematian Roh.

2008 - Lee Myung-bak dilantik menjadi Presiden Korea Selatan ke-17.
Lee Myung-bak (Korea: 이명박, diucapkan [i.mʲʌŋ.bak̚]) (lahir di Osaka, Jepang, 19 Desember 1946; umur 66 tahun) adalah Presiden Korea Selatan sejak 25 Februari 2008. Sebelumnya, ia menjabat wali kota Seoul. Ia adalah anggota Partai Besar Nasional (Grand National Party). Sebagai wali kota Seoul, ia dikenal dengan kebijakan-kebijakan kontroversialnya seperti restorasi Cheonggyecheon, ia ingin sekali menjadi pemimpin seperti Muammar al-Qaddafi yang rela berkorban demi rakyat yang tertindas.

2013 - Park Geun-hye dilantik menjadi Presiden Korea Selatan ke-18.
Park Geun-hye (Hangul: 박근혜; Hanja: 朴槿惠, Pengucapan Korea: [pak ɡɯn hɛː]) (lahir di Daegu, 2 Februari 1952; umur 61 tahun) adalah presiden terpilih Korea Selatan. Ia pernah menjabat sebagai ketua dari Grand National Party atau disingkat GNP antara tahun 2004 dan 2006 dan dari tahun 2011 dan 2012. Pada bulan Februari 2012, partai GNP berubah nama menjadi Saenuri Party. Ayahnya adalah Park Chung-hee, presiden Korea Selatan yang berkuasa antara 1963-1979. Pada 19 Desember 2012, Park Geun-hye memenangkan pemilihan umum dan akan menjadi wanita pertama Presiden Korea Selatan, akan duduk di pemerintahan mulai 25 Februari 2013.

Park Geun-hye lahir pada tanggal 2 Februari 1952, di Samdeok-dong Jung-gu, Daegu, sebagai anak pertama dari pasangan Presiden Park Chung-hee dan Young-soo Yuk. Dia memiliki saudara laki-laki, Park Ji-man, dan seorang saudari, Park Seoyeong. Walaupun umurnya lebih dari 60 tahun, Park Geun-hye belum pernah menikah. Semasa dewasa, ia menamatkan pendidikan dari Sekolah Tinggi Seongsim Seoul pada tahun 1970, dan kemudian menerima gelar sarjana di bidang teknik listrik dari Sogang University pada tahun 1974. Dia juga belajar di Universitas Grenoble di Perancis, tetapi tidak sampai selesai. Hal ini terjadi lantaran kematian ibunya, hingga ia harus kembali ke Korea Selatan. Nona Park juga pernah menerima beberapa gelar doktor kehormatan, diantaranya dari Chinese Culture University di Taiwan pada tahun 1987, Pukyong National University dan KAIST pada tahun 2008, serta dari Sogang University pada tahun 2010.

Ibunya meninggal karena terbunuh di Teater Nasional Korea pada tanggal 15 Agustus 1974. Pembunuhnya adalah Mun Se-gwang, merupakan seorang keturunan Jepang Korea, yang diperintahkan oleh pemerintah Korea Utara. Sejak kematian ibunya, Park Geun-hye menjadi Ibu Negara mengambil alih peran ibunya, sampai selama ayahnya masih berkuasa sampai tahun 1979. Ayahnya kemudian tewas karena pembunuhan yang dilakukan oleh kepala intelijen sendiri, Gim Jaegyu, pada tanggal 26 Oktober 1979.

Park Geun-hye mendapatkan banyak kritikan terutama saat ia mencalonkan diri menjadi presiden. Salah satunya adalah "putri diktator," isu yang dihembuskan oleh lawan politik dari sayap kiri Korea dan ia dianggap juga tidak aktif mendukung pemerintahan Lee Myung-bak. Namun Sebuah jajak pendapat tingkat nasional dilakukan oleh sebuah surat kabar konservatif pada bulan Juli 2012 melaporkan bahwa 59,2% dari responden tidak percaya Park adalah "putri diktator", sementara 35,5% menjawab setuju.

Beberapa kritik pedas lainnya adalah "Notebook Princess", sebuah julukan diberikan pada seseorang yang tumbuh sebagai anak istimewa dalam keluarga presiden dan terlalu pendiam, yang biasanya hanya bisa berpidato secara terbuka dari naskah yang telah disiapkan. Beberapa surat kabar juga memberinya julukan sebagai "Putri Es" karna sikap dan tindakannya yang dianggap dingin.

Pada sebuah sesi wawancara dengan stasiun siaran Cheongju, Park berkomentar tentang kudeta ayahnya yang mendapatkan kekuasaan melalui tindakan paksa pada 16 Mei 1961. Namun ia berkilah tindakan ayahnya lebih tepat disebut dengan revolusi untuk menyelamatkan negara. Dalam debat calon presiden disponsori oleh Daylian, moderator sempat bertanya tentang berapa tarif per jam minimum untuk pekerja paruh waktu pada 2012. Pada kesempatan itu, Park menjawab "Saya pikir lebih dari 5.000 won." Jawabannya menjadi bahan olok-olokan dari Konfederasi Serikat Pekerja Korea, karna upah minimum terendah adalah 4580 won. Alasannya, mereka kecewa jika seseorang ingin jadi presiden namun tidak tahu besarnya upah minimum di negara itu. - Daftar Presiden Korea Selatan -