Golda Meir (lahir Golda Mabovitz; pada lahir 3 Mei 1898 – meninggal 8 Desember 1978 pada umur 80 tahun) adalah salah seorang pendiri negara Israel. Meir pernah menjabat sebagai Menteri Perburuhan, Menteri Luar Negeri, dan Perdana Menteri keempat Israel pada periode 17 Maret 1969 - 3 Juni 1974. Pada tanggal 17 Maret 1969 Golda Meir menjadi perempuan pertama yang menjabat Perdana Menteri Israel. Sebagaimana dikatakan oleh BBC, Golda Meir adalah "Wanita Besi" dalam politik Israel jauh sebelum ungkapan itu diciptakan untuk Margaret Thatcher. David Ben-Gurion pernah menggambarkannya sebagai "satu-satunya lelaki di dalam Kabinet (Israel)." Ia adalah perempuan pertama (dan hingga kini satu-satunya) yang menjadi Perdana Menteri Israel, dan PM perempuan ketiga di dunia.
Meir lahir dengan nama Golda Mabovitch, di Kiev, Imperium Rusia (kini Ukraina), dari pasangan Blume Naiditch dan Moshe Mabovitz. Ia menulis dalam otobiografinya bahwa kenangan yang paling awal ialah tentang ayahnya yang melapisi pintu depan rumahnya ketika mendengar desas-desus tentang akan segera terjadinya pogrom. Kondisi kehidupan di Daerah Pemukiman sangat berat. Ia dan kedua saudara perempuannya (Sheyna dan Tzipke) seringkali kelaparan dan kedinginan. Kelima saudaranya yang lain telah meninggal dunia di masa kecil mereka. Gola khususnya sangat menghormati Sheyna. Ayahnya pergi ke Amerika Serikat pada 1903, sementara sisa keluarganya menetap di Pinsk. Kakak Gola tertua terlibat dalam kegiatan revolusioner Zionis, yang membahayakannya. Hal itu sangat mengesankan Golda yang masih muda, namun seluruh keluarganya didorong untuk mengikuti jejak Moshe ke Amerika Serikat pada 1906.
Keluarga ini menetap di Milwaukee, Wisconsin. Di sana, ayah Golda bekerja sebagai seorang tukang kayu, dan ibunya membuka sebuah toko kebutuhan rumah tangga. Ketika Golda baru berumur delapan tahun, ia harus mengawasi toko sebentar setiap pagi, sementara ibunya membeli pasokan di pasar. Golda Meir belajar di Sekolah Fourth Street (kini namanya diganti menjadi Sekolah Golda Meir) di seberang kompleks pabrik bir Schlitz dari 1906 hingga 1912. Di situlah ia pertama kali melaksanakan proyek pekerjaan masyarakat, dengan mengorganisir sebuah acara pencarian dana untuk membayar buku-buku pelajaran teman-teman kelasnya. Setelah membentuk American Young Sisters Society, ia menyewa sebuah aula dan menjadwalkan sebuah rapat umum untuk pencarian dananya itu. Meskipun ketika pertama masuk sekolah Golda tidak mengenal bahasa Inggris, ia lulus sebagai siswa terbaik dan berhak menyampaikan sambutan perpisahannya.
Ketika berusia 14 tahun, ia belajar di SMA North Division dan bekerja sambilan untuk membiayai ongkosnya. Ibunya menyarankan agar ia berhenti sekolah dan bekerja serta menikah. Golda memberontak dan melarikan diri ke Denver, Colorado, tempat tinggal kakaknya, Sheyna. Ia tinggal selama sekitar setahun di sebuah rumah petak di 1606 Julian Street. Golda masuk ke SMA North di sana dan bertemu dengan Morris Meyerson, seorang tukang cat papan reklame, dan belakangan menikah dengannya. Pada 1913 Golda kembali ke Milwaukee dan mendaftar kembali ke SMA North Division, lulus pada 1915. Sementara di sana, ia aktif sebagai anggota gerakan pemuda, Habonim. Ia ikut serta dalam rapat-rapat dan seringkali membela Zionisme Sosialis dalam pidato-pidatonya. Seringklai ia menerima tamu-tamu dari daerah Palestina. Setelah lulus dari Milwaukee State Normal School (kini Universitas Wisconsin–Milwaukee), ia mengajar di sekola-sekolah negeri. Ia resmi bergabung dengan Organisasi Buruh Zionis pada 1915. Golda dan Morris menikah pada 1917 dan mulai merencanakan melakukan aliyah (emigrasi ke tanah Israel, yang saat itu bagian dari provinsi Ottoman). Pasangan itu, dan kakak perempuan Golda, Sheyna, beremigrasi ke Palestina Mandat Britania pada 1921.
Golda dan Morris ingin bergabung dengan sebuah kibbutz. Golda mengajukan permohonan bergabung dengan Kibbutz Merhavia, pertama-tama ditolak, namun akhirnya diterima. Tugasnya di sana termasuk memetik buah almond, menanam pohon, memelihara ayam, dan mengelola dapur. Ia juga mulai muncul sebagai pemimpin. Kibbutznya memilihnya untuk mewakili mereka di Histadrut, Federasi Umum Buruh. Pada 1924, suaminya sudah bosan dengan kehiudpan di kibbutz, dan pasangan itu pun pergi dari sana. Mereka tinggal sejenak di Tel Aviv, kemudian menetap di Yerusalem. Di sana mereka mendapatkan dua orang anak, Menachem, seorang anak lelaki, dan Sarah, anak perempuan. Pada 1928, Golda terpilih sebagai sekretaris Dewan Buruh Perempuan di Histadrut. Hal ini menuntutnya pindah ke Tel Aviv, tetapi suaminya tetap tinggal di Yerusalem sementara kedua anaknya ikut dengan Golda. Hubungan Morris dan Golda merenggang, namun mereka tak pernah bercerai. Morris meninggal pada 1951. Golda semakin berpengaruh di Histadrut, yang berkembang menjadi sebuah pemerintah bayangan untuk Israel yang segera akan terbentuk. Pada 1946, Britania menindak gerakan Zionis di Palestina, menangkapi banyak pemimpinnya. Namun Golda tak pernah ditangkap. Ia perlahan-lahan makin bertanggung jawab atas organisasi. Ia berunding dengan Britania, tetapi juga tetap menjaga hubungannya dengan gerakan gerilya yang kian berkembang.
Golda Meir adalah salah satu dari ke-24 orang (dan satu di antara hanya dua perempuan) yang menandatangani Deklarasi Pembentukan Negara Israel pada 14 Mei 1948. Ia belakangan mengenang, "Setelah menandatanganinya, saya menangis. Ketika asya belajar sejarah Amerika sebagai seorang murid sekolah, dan saya membaca tentang orang-orang yang menandangani Deklarasi Kemerdekaan, saya tidak dapat membayangkan bahwa mereka ini adalah orang-orang yang sungguhan, yang melakukan sesuatu yang sungguhan. Dan di situ saya duduk dan menandatangani deklarasi pembentukan sebuah negara." Hari berikutnya, Israel diserang oleh sebuah pasukan gabungan dari Mesir, Suriah, Lebanon, Transyordan, dan Irak. Golda memperoleh paspor Israel pertama dan pergi ke Amerika Serikat untuk mengumpulkan dana untuk negara yang baru itu.
Sekembalinya, ia diangkat menjadi duta beasr pertama untuk Uni Soviet. Ia bertugas di sana sebentar, berangkat pada 1949. Ketika ia tinggal di Moskwa, ia menghadiri upacara-upacara hari-hari raya Yahudi dan dikerumuni oleh ribuan orang Yahudi Rusia yang berseru-seru menyebutkan namanya. Penindasan Stalin atas identitas Yahudi di Uni Soviet membuat banyak pengamat bertanya-tanya apakah masih ada perasaan komunitas di antara masyarakat Yahudi di sana, tetapi sambutan khalayak itu memberikan jawabannya. Foto di belakang lembaran uang syikalIsrael melukiskan kerumunan di Moskwa yang mengelilinginya dan mengangkatnya dengan suka cita. Golda Meir kemudian menjadi anggota Knesset (Parlemen Israel), dan menjabat terus-menerus hingga 1974.
Dari 1949 hingga 1956, Meir menjadi Menteri Perburuhan Israel. Pada 1956, ia menjadi Menteri Luar Negeri di bawah Perdana Menteri David Ben-Gurion. Menteri Luar Negeri sebelumnya, Moshe Sharett, telah memerintahkan agar semua anggota dinas luar negeri mengibranikan nama keluarga mereka. Golda mengabaikan perintah itu ketika ia masih menjadi duta beasr, tetapi kini setelah ia menjadi Menteri Luar Negeri, Ben-Gurion meminta Golda mengganti namanya dengan sebuah nama Ibrani. Ia memilih Meir, yang berarti "bersinar." Pada awal 1960-an didiagnosis menderita limfoma. Ia menyembunyikannya, karena khawatir bahwa orang lain akan menganggapnya tidak layak berdinas. Ia mengundurkan diri dari Kabinet pada 1965, dengan alasan sakit dan kelelahan setelah bertahun-tahun berdinas. Mulanya ia kembali ke kehidupan yang sederhana, namun ia segera dipanggil kemblai berdinas. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Buruh selama delapan bulan lalu pensiun lagi paa 1 Agustus 1968.
Setelah Levi Eshkol meninggal dunia secara tiba-tiba pada 26 Februari 1969, partai memilih Meir untuk menggantikannya sebagai Perdana Menteri. Meir kembali aktif berdinas pada 17 Maret dan menjabat sebagai Perdana Menteri hingga 1974. Ketika Meir naik ke kursi Perdana Menteri, Israel diliputi oleh rasa percaya diri, karena baru menang telak atas negara-negara Arab dan merebut banyak wilayah dalam Perang Enam Hari. Namun demikian, Meir harus menghadapi tembakan terus-menerus oleh Mesir terhadap pasukan-pasukan Israel di sepanjang Terusan Suez dalam Perang Perlahan-lahan.
Setelah pembantaian München pada Olimpiade Musim Panas 1972, Meir mengimbau kepada dunia untuk "menyelamatkan warga kami dan mengutup tindakan-tindakan kriminal yang tak terlukiskan itu." Meir dan Komisi Pertahanan Israel merasa bahwa dunia tidak cukup menanggapi dan karenanya memberikan wewenang kepada Mossad untuk membunuh anggota-anggota operasi September Hitam dan PFLP di manapun juga mereka ditemukan(Morris 1999). Film TV 1986 Sword of Gideon, berdasarkan buku Vengeance oleh George Jonas, dan film Steven Spielberg Munich (2005) sedikit banyak didasarkan pada kejadian-kejadian ini.
Pada masa-masa menjelang Perang Yom Kippur, intelijen Israel tidak dapat menentukan dengan tepat bahwa serangan akan dilaksanakan, hingga sehari sebelum perang dimulai. Enam jam sebelum serangan terjadi, Meir bertemu dengan Moshe Dayan dan jenderal Israel David Elazar. Sementara Dayan terus berpendapat bahwa perang tak mungkin terjadi, Elazar menganjurkan dilakukannya serangan pendahuluan terhadap pasukan-pasukan Suriah.
Meir percaya bahwa Israel tak dapat bergantung pada negara-negara Eropa untuk pasokan perlengkapan militer Israel karena negara-negara itu diancam embargo minyak dan boikot perdagangan oleh pihak Arab. Akibatnya, satu-satunya negara yang dapat membantu Israel adalah Amerika Serikat. Khawatir bahwa AS tak akan bersedia ikut campur bila Israel dianggap memulai serangan itu, akhirnya Meir memutuskan untuk tidak melakukan serangan pendahuluan. Di kemudian hari, langkah ini dianggap bijaksana. Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger belakangan mengukuhkan pertimbangan Meir dengan mengatakan bahwa bila Israel telah melakukan serangan pendahuluan, negara itu tidak akan mendapatkan "begitu banyak bantuan melainkan hanya sebuah paku." Keputusan Meir mungkin menentukan dalam menjadikan Operasi Rumput Nikel secara politis dapat dilakukan oleh AS.
Pengunduran diri - Setelah Perang Yom Kippur 1973, pemerintahan Meir terganggu oleh pertikaian intern di antara partai-partai koalisi yang berkuasa dan harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan serius tentang kekeliruan penilaian yang strategis serta kurangnya kepemimpinan umum yang menyebabkan ketidaksiapan pada permulaan Perang Yom Kippur. Pada 11 April 1974, Golda Meir mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri dan digantikan oleh Yitzhak Rabin pada 3 Juni 1974. Pada 8 Desember 1978, Golda Meir meninggal karena kanker di Yerusalem pada usia 80 tahun. ia dimakamkan di Bukit Herzl, di Yerusalem.