Hari Perempuan   Women Day

blogger counters


Bangunan Hagia Sophia Diselesaikan

Hagia Sophia jadi Masjid oleh Erdogan
Hagia Sophia, bahasa Arab: آيا صوفيا , (bahasa Turki: Aya Sofya; bahasa Yunani: Aγια Σοφία, "Kebijaksanaan Suci"), Sancta Sophia dalam bahasa Latin atau Aya Sofya dalam bahasa Turki, adalah sebuah bangunan bekas basilika, gereja, masjid, dan sekarang museum, di Istanbul. Bangunan berukuran 70,3 x 69,5 meter ini termasuk bangunan unik. Bangunan yang kini menjadi museum ini memiliki kubah utama dan dua kubah lain yang berukuran separuh dari kubah utama. Diameter kubah utama antara 31,2 meter dan 30,9 meter. Sementara tinggi kubah utamanya 55 meter dari lantai. Selain itu, museum yang setiap senin ditutup ini memiliki 40 jendela dan lebih dari 20 tiang penyangga. Adapun di luar gedung, museum itu memiliki empat menara tambahan yang ujungnya berbentuk kerucut.

Hagia Sophia semula adalah gereja katedral yang pertama kali dibangun di dunia. Dalam bahasa latin, gereja ini disebut Sancta Sophia atau Sancta Sapientia. Gereja katedral itu sendiri merupakan gereja katedral keempat terbesar di dunia, selain St. Peters di Roma, Katedral Doumo di Milan, dan Katedral Paulus di London. Pembangunan Hagia Sophia dilakukan pertama kali oleh Raja Constantine II pada tahun 325 M dan diresmikan pada 15 februari 360 M. Namun, bangunan ini sirna akibat kebakaran pada tahun 404 M. Sebelas tahun kemudian, Kaisar Theodosius II membangun kembali gereja katedral itu di bawah arahan seorang arsitek yang bernama Rufinos. Namun, gereja katedral itu kembali hancur pada 13-14 januari 532 M akibat pemberontakan Nika.

Setelah pemberontakan berakhir, Kaisar Justinian I memerintahkan pembangunan kembali, kali ini berlangsung selama lima tahun di bawah arahan seorang ahli matematika, Anthemios dari Tralles dan seorang ahli fisika yaitu Isidoros dari Miletus. Pembangunan kali ini mengambil bahan-bahan dari berbagai kawasan kekaisaran. Tiang-tiang bergaya Yunani diangkut dari kuil Artemis di Ephesus. Batu-batu besar didatangkan dari Mesir. Marmer hijau diambil dari Thessalonika. Batu hitam didatangakan dari kawasan Bosphorus. Sementara batu kuning dibawa dari Suriah. Pembangaunan ini melibatkan lebih dari 10 ribu pekerja. Hasilnya, berdirilah gereja yang megah dan diresmikan pada tanggal 27 Desember 573 M.

Dua puluh tahun kemudian, kubah utama Hagia Sophia runtuh karena gempa. Akhirnya, Justinian I memerintahkan saudara sepupu Isidoros dari Miletus, yaitu Isidoros muda, untuk memugar kembali gereja dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih ringan. Seiring berjalannya waktu, gereja katedral itu dipugar beberapa kali akibat guncangan gempa. Constantinople memang termasuk kota yang sering dilanda gempa. Pada saat Constantinople jatuh ke tangan kekaisaran latin (lewat pasukan salib), antara tahun 600-659 H/1204-1261 M, nyaris semua khazanah Hagia Sophia diangkut ke Eropa barat. Selain itu, gereja yang tadinya katedral agama Kristen Ortodoks menjadi gereja katedral agama Kristen Katolik. Keadaan demikian baru berakhir pada tahun 659 H/1261 M, setelah pasukan Byzantium berhasil merebut kota itu dari tangan pasukan salib.

Masa Turki Utsmani - Saat Dinasti Utsmaniyyah di bawah kepemimpinan Muhammad Al-Fatih berhasil menundukan Konstantinopel atau ditaklukkan Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei 1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia. Jumatnya langsung diubah menjadi masjid untuk salat Jumat. Berbagai modifikasi terhadap bangunan segera dilakukan agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan mesjid. Pada masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di selatan. Dua menara pertama mulai menghiasi masjid itu pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II.

Ketika Sultan Salim II berkuasa, ia memerintahkan seorang arsitek terkemuka, Sinan Pasya, untuk memugar masjid yang pernah menjadi gereja katedral itu. Di samping dipugar dengan teknik kontruksi antigempa, Masjid Aya Shofia dilengkapi Sinan dengan dua menara baru. Kemudian pada abad ke-16 M, Sultan Sulaiman Agung melengkapi masjid itu dengan lampu gantung raksasa dari Persia. Selim II (1566-1574) membangun 2 menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit. Pada saat Sultan Mahmud I berkuasa, ia memerintahkan agar masjid tersebut dilengkapi dengan fasilitas lain berupa madrasah, dapur umum untuk kaum miskin, perpustakaan, tempat wudhu sultan, dan mihrab baru.

Pemugaran selanjutnya dilakukan Sultan Abdul Majid, di bawah arahan dua arsitek berdarah Swiss-Italia, yaitu Gaspare dan Giuseppe Fossati. Pemugaran yang melibatkan 800 pekerja itu berlangsung selama dua tahun, antara tahun 1263-1265/1847-1849 M. Hasilnya, kekuatan kubah utama, tiang-tiang, serta dekorasi dan ornamennya diperbaiki. Selain itu, lampu gantung dari Persia diganti dengan lampu gantung yang baru. Di ruang utama Hagia Sophia terdapat mimbar tempat khatib berkhutbah. Letak mimbar ini di ujung depan sebelah kanan. Tidak jauh dari situ terdapat bekas mihrab. Dinding mihrab dihiasi kaligrafi, sedangkan di samping kiri ada ruangan shalat khusus sultan. Sebagian dinding dan lantai bangunan ini berlapis marmer dan batu pualam.

Dinding bagian atas dihiasi ornamen, mosaik dan relief bernapaskan agama. Pada atap dalam kubah utama terdapat kaligrafi Al-Qur’an karya Kazaker Izzed Effendi (1216-1294 H/1801-1877 M). Di bagian kubah lain terdapat relief khas peninggalan Dinasti Utsmaniyyah. Pada pemugaran tersebut, Pada pojok dinding bagian atas tertempel piringan-piringan raksasa bertuliskan kaligrafi Allah, Muhammad, dan sahabatnya serta cucu nabi mulai menghiasi ruang masjid tersebut. Ketiga menara yang telah ada sebelumnya juga dipugar menjadi menara yang sepadan tingginya. Setelah pemugaran tersebut, Sultan Abdul Majid meresmikannya kembali pada tahun 1256 H/1849 M.

Selama hampir 500 tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai mesjid. Patung, salib, dan lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat. Fungsi Hagia Sophia sebagai masjid berakhir pada 1354 H/1935 M, setelah Turki berubah menjadi Negara Republik dan Ankara sebagai ibu kotanya. Pada tahun 1937, Mustafa Kemal Atatürk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Mulailah proyek "Pembongkaran Hagia Sophia". Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen.

Di beberapa tempat di dalam musium bisa dilihat dengan jelas mosaik-mosaik yang menunjukan bahwa Hagia Shopia dahulunya adalah sebuah gereja katedral. Sebagai contoh, mosaik Yesus dan mosaik Bunda Maria bersama Putera di pangkuannya. Adapula Kaisar Jhon II Comnesus di sebelah kanannya dan Ratu Eirene di sebelah kirinya. Sejak saat itu, Gereja Hagia Sophia dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di Istambul. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah mempesona. Semenjak itu, Hagia Sophia diubah fungsinya dari masjid menjadi museum hingga kini.

Surat-surat di Hagia Sophia

Didalam Hagia Sophia terdapat surat-surat dari khilafah Utsmaniyah yang berfungsi untuk menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pembawa suaka. Terdapat sekitar 10.000 sampel surat yang ditujukan maupun yang dikeluarkan kepada kholifah.

Surat tertua ialah surat sertifikat tanah untuk para pengungsi Yahudi pada tahun 1519 yang lari dari Inkuisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Al-Andalus.
Surat ucapan terima kasih dari Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim khalifah pasca Revolusi Amerika abad ke-18.
Surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia pada 7 Agustus 1709.
Surat yang memberi izin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang beremigrasi ke Rusia pada tanggal 13 Rabiul Akhir 1282 H (5 September 1865).Belakangan mereka kembali ke wilayah khilafah.
Peraturan bebas cukai barang bawaan orang-orang Rusia yang mencari suaka ke wilayah khilafah pasca Revolusi Bolshevik tanggal 25 Desember 1920 M.